Artikel tentang Pengganti Energi Alternatif

Menyulap Kotoran Manusia Menjadi Sumber Energi yang Tidak Pernah Habis

REP | 04 December 2012 | 00:05 Dibaca: 932   Komentar: 0   1  

Bila saat ini manusia di muka bumi menggunakan bensin, solar, minyak tanah, dan gas sebagai bahan bakar dan sumber energi, maka apakah seperempat, setengah, atau satu abad yang akan datang kesemua sumber energi ini masih akan tetap ada dan eksis? Pertanyaan dan pemikiran semacam ini tentu saja perlu diwacanakan dan dicarikan solusi alternatifnya, sebab sumber-sumber energi tersebut keberadaannya bersifat terbatas dan semakin berkurang di planet bumi, sedangkan eksplorasi, konsumsi, dan kebutuhan akan sumber energi tersebut akan terus berlangsung dan meningkat selama umat manusia masih ada.
Kegelisahan dan kekhawatiran akan ketersediaan sumber-sumber energi ini di masa yang akan datang agaknya akan segera terjawab. Beberapa waktu yang lalu di salah satu stasiun televisi swasta saya menyaksikan sebuah program dokumenter tentang penemuan terbaru seputar sumber energi pengganti yang mulai dikembangkan di seluruh dunia, termasuk juga di Indonesia. Dalam acara tersebut sejumlah peneliti dan pakar energi menciptakan sebuah alat yang mampu mengubah sesuatu yang sangat remeh, jorok, dan menjijikkan menjadi sebuah sumber energi alternatif yang bisa diandalkan jika minyak dan gas suatu saat sudah habis. Ya, sumber energi tersebut adalah kotoran manusia.
Benar, hampir tak ada orang yang tak jijik dengan benda yang satu ini. Namun tidak demikian halnya dengan dunia teknologi yang melihat dan menemukan adanya potensi energi yang luar biasa pada limbah produksi manusia tersebut. Apalagi isu seputar kekurangan bahan bakar minyak dan gas pada masa yang akan datang terus mengemuka, sehingga negara-negara maju seperti Amerika dan negara-negara di Eropa sudah mulai melakukan penelitian untuk mengatasi masalah kekurangan BBM ini, salah satunya melalui produksi energi alternatif berbahan dasar kotoran manusia, yang sering disebut juga dengan biofuel atau bio-oil.
Sejumlah peneliti dan pakar energi menyatakan, bahwa hasil penelitian ini merupakan bisnis yang sangat potensial dan prospektif di masa mendatang, bahkan San Antonio, sebuah kota di Amerika telah memulai penelitian sekaligus melakukan tender bagi perusahaan-perusahaan swasta untuk mengelola bisnis pengolahan kotoran manusia ini. Kendati masih berskala kota, namun dengan skala produksi 140.000 ton kotoran manusia per tahun, kota San Antonio berhasil menyulap hasil pembuangan manusia tersebut menjadi 1,5 juta kaki kubik gas setiap harinya. Pada gilirannya, dari pengolahan kotoran ini dihasilkan gas methane yang dapat digunakan sebagai bahan bakar penggerak pembangkit listrik, sumber energi tungku untuk memasak, hingga sebagai bahan bakar alternatif kendaraan untuk masa mendatang.
Sementara di Indonesia, penelitian terhadap sumber energi potensial ini masih terbilang baru dan belum begitu dikenal. Corak sumber energi alternatif ini di Indonesia lebih familiar dengan istilah biogas. Dalam program dokumenter yang saya ceritakan di awal tadi, terlihat sekelompok ibu-ibu di sebuah daerah di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta yang tengah memasak dengan menggunakan tungku berbahan bakar gas yang dihasilkan dari proses pengolahan kotoran manusia. Mereka mengatakan bahwa ide pemanfaatan limbah hasil produksi tersebut berawal ketika warga setempat berkeinginan untuk menciptakan tempat pembuangan limbah yang sehat, dimana sebelumnya limbah kotoran di kawasan tersebut langsung dialirkan ke sungai, sehingga menciptakan aroma yang tidak sedap dan mencemari lingkungan. Kini, kampung itu sudah terlihat asri dan sehat, di samping warga yang bisa berhemat membeli gas elpiji dan minyak tanah dengan beralih menggunakan energi biogas tersebut.
Hal serupa juga dilakukan oleh warga Pondok Pesantren Darul Quran yang juga berlokasi di Kabupaten Gunung Kidul. Teknologi pengolahan limbah kotoran manusia yang belum lama dipasang di Pondok Pesantren Darul Quran ini diadopsi dari Jerman melalui Bremen Overseas Research and Development Association. Dengan mengolah kotoran manusia, pengelola pondok pesantren mengaku bisa menghemat pengeluaran uang untuk pembelian bahan bakar hingga Rp. 2,5 juta per bulan. Di samping itu, limbah cair dari instalasi pengolahan biogas juga bisa dimanfaatkan bagi pertanian. Dari lahan seluas 1.500 meter persegi, para santri bisa memanen aneka sayuran dengan nilai jual hingga Rp. 1,6 juta per bulan. Pihak pesantren merasakan betul dampak positif dari teknologi biogas ini, bahkan mereka mengatakan bahwa pengolahan limbah kotoran manusia menjadi biogas mampu menciptakan pesantren yang ramah lingkungan dan ekopesantren.
Di masa-masa mendatang, hasil teknologi pengolahan limbah produksi manusia ini bisa menjadi sumber energi baru yang solutif dan alternatif jika diseriusi dan dikelola dengan baik. Bahkan bila ditangani secara profesional dan makro, Indonesia bisa menjadi negara penghasil gas methane terbesar di dunia, terlebih dampak yang dihasilkan mampu menjaga kelestarian bumi sekaligus menciptakan sumber energi baru yang tidak pernah habis.



1354554080328332714

sumber : http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/12/04/menyulap-kotoran-manusia-menjadi-sumber-energi-yang-tidak-pernah-habis-508154.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ayat Al-Qur'an yang membahas tentang Pelestarian Alam

Sumber Daya Alam dan Pemanfaatannya

Langkah Awal dari Segalanya